Bekerjasama Dalam Team (Kelompok)
A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK KELOMPOK
PENGERTIAN KELOMPOK MENURUT BEBERAPA AHLI :
1.Menurut Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.
2.Menurut Merton, kelompok merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, sedangkan kolektiva merupakan orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagai niai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral untuk menjalankan harapan peran.
3.Menurut Achmad S. Ruky, Kelompok adalah sejumlah orang yang berhubungan (berinteraksi) antara satu dan yang lainnya, yang secara psikologis sadar akan kehadiran yang lain dan yang menganggap diri mereka sebagai suatu kelompok.
KARAKTERISTIK KELOMPOK
Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah tentang norma. Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para nggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan.
Karakteristik Kelompok:
Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam suatu kelompok terdapat ciri – ciri, yaitu :
1. Terdiri dari 2 orang atau lebih
2. Adanya interaksi yang terus menerus
3. Adanya pengembangan identitas kelompok
4. Adanya norma – norma kelompok
5. Adanya diferensiasi peran
6. Peran yang saling tergantung
7. Produktivitas bertambah atau meningkat
8. Saling membagi tujuan yang sama
B. TAHAPAN PEMBENTUKAN KELOMPOK
Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman (1965). Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah kosep ini dicetuskan.
Tahap 1 - Forming
Pada tahap ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling percaya.
Tahap 2 - Storming
Kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini.
Tahap 3 - Norming
Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok.
Tahap 4 - Performing
Kelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.
Tahap 5 - Adjourning dan Transforming
Tahap dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap mana pun ketika mereka mengalami perubahan.
C. KEKUATAN TEAM WORK
Teamwork atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencpai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi paling populer di tim.
Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.
Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu. Bahkan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Makanya sangat penting untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.
Berikut poin-poin teamwork yang baik:
1.Teamwork adalah kerjasama dlm tim yang biasanya dibentuk dari beragam divisi dan kepentingan.
2.Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu adalah kerja individual.
3.Filosofi teamwork: ‘saya mengerjakan apa yang Anda tidak bisa dan Anda mengerjakan apa yang saya tidak bisa.
4.Ketika berada dalam teamwork, segala ego pribadi, sektoral, deparmen harus disingkirkan.
5.Dalam teamwork yang dikejar untuk dicapai adalah target bersama, bukan individual.
6.Keragaman individu dalam teamwork memang sebuah nilai plus namun bisa menjadi minus jika tidak ada saling pengertian.
7.Saling pengertian terhadap karakter masing-masing anggota team akan menjadi modal sukses bersama.
8.Jika setiap orang bekerjasama via bidang masing-masing, target korporasi pasti akan segera terealisasi.
9.Individu yang egois mengejar target pribadi akan menghambat keberhasilan team. Bayangkan jika si A mengejar target A & si B mengejar target B, lalu target bersama bermuara kemana?
10.Keahlian masing-masing sungguh menjadi anugerah dalam teamwork yang akan mempercepat proses pencapaian target.
11.Kendalikan ego dan emosi saat bersama agar pergesekan tidak berujung pada pemboikotan kerjasama.
12.Dengan pemahaman yang tinggi soal karakter individu dalam team, realisasi target tidak perlu waktu yang lama.
13. Ingatlah selalu bahwa: ‘teamwork makes the dream work’.
D. IMPLIKASI MANAJERIAL
Implikasi manajerial adalah untuk meningkatkan efektifitas teamwork dalam sebuah perusahaan memerlukan teamwork yang baik antara bagian dan divisi dalam perusahaannya tersebut,agar perusahaan dapatberkembang dan bergerak maju dengan lebih cepat.
-referensi
1.http://muhadiassaf.blogspot.com/2011/07/kekuatan-team-work.html
2.http://fysasappi.blogspot.com/2013/03/bekerjasama-dalam-team-kelompok.html
3.http://myblogsoniaregina.blogspot.com/2013/04/bekerja-sama-dalam-team-kelompok.html
4.http://tony-wilson.com.au/blog/wp-content/uploads/2010/07/teamwork-hands-in-2.jpg
5.http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi
Jumat, 18 April 2014
Minggu, 13 April 2014
DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI
TUGAS KE 9/10
DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI
A. DIMENSI STRUKTUR ORGANISASI
Empat desain keputusan (pembagian kerja, pendelegasian kewenangan,
pembagian departemen, dan rentang kendali) menghasilkan struktur organisasi,
Para peneliti dan praktisi manajemen berusaha untuk mengembangan pemahaman
mengenai hubungan antar struktur dan kinerja, sikap, keefektifan, dan variabel
lainnya. Secara umum, gambaran mengenai
struktur meliputi formalisasi, sentralisasi, dan kerumitan.
1.Formalisasi
Formalisasi mengacu derajat dimana segala harapan mengenai
cara dan tujuan pekerjaan dirumuskan, ditulis dan diberlakukan. Suatu
organisasi yang sangat formal, akan memuat prosedur dan aturan yang ketat dalam
setiap kegiatan / pekerjaan di dalam organisasi. Dengan demikian, semakin
formal suatu organisasi, maka semakin ketat pula aturan dan prosedur kerja.
Formalisasi merupakan hasil dari spesialisasi kerja yang tinggi, pendelegasian
kewenangan yang tinggi, pembagian departemen berdasarkan fungsi, dan luasnya
rentang kendali.
2.Sentralisasi
Sentralisasi merupakan dimensi struktur organisasi yang
mengacu pada derajat dimana kewenangan untuk mengambil keputusan dikuasai oleh
manajemen puncak. Hubungan sentralisasi dengan empat desain keputusan adalah
sebagai berikut : Semakin tinggi spesialisasi kerja, semakin besar
sentralisasi, Semakin sedikit kewenangan yang didelegasikan, semakin besar
sentralisasi, Semakin besar penggunaan
departemen berdasarkan fungsi, semakin besar sentralisasi, Semakin luas rentang
kendali, semakin besar sentralisasi
3.Kerumitan
Kerumitan (complexity) adalah suatu struktur organisasi yang
mengacu pada jumlah pekerjaan atau unit yang berbeda dalam organisasi.
B. DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana
kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut
:
1. Fungsi
2. Produk atau
jasa
3. Wilayah
4. Langganan
5. Proses atau
peralatan
6. Waktu
7. Pelayanan
8. Alpa-numeral
9. Proyek atau
matriks
Departementalisasi fungsional mengelompokkan fungsi – fungsi
yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan
organisasi. Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling
umum dan bentuk dasar departementalisasi.
kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan
ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi
melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai
manajemen kepuncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur
fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan
kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan
tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta
kurang inofatif.
Departementalisasi Divisional :Organisasi Divisional dapat
mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis),
langganan, dan proses atau peralatan. Struktur organisasi divisional atas dasar
produk. setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan
produk yang berhubungan (garis produk).
Divisionalisasi
produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai
teknologi pemrosesan dan metode-metode pemasaran yang sangat berbeda satu
dengan yang lain dalam organisasi. Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah.
Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi
daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan
menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi
menjalankan usahanya.
Pada penerapannya, model desain orgranisasi terdiri dari 2
model, yaitu Desain organisasi Mekanistik dan Desain organisasi orgranik.
1. Desain Organisasi Mekanistik.
Proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan
dan kepercayaan.
Proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa, aman, dan
ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi.
Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga
informasi mengalir ke bawah dan cenderung terganggu tidak akurat.
Proses interaksi bersifat tertutup dan terbatas, hanya
sedikit pengaruh bawahan atas tujuan dan metode departemental.
Proses pengambilan keputusan hanya di tingkat atas,
keputusan Relatif.
Proses penyusun tujuan dilakukan di tingat puncak original,
tanpa mendorong adanya partisipasi kelompok.
Proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus
kesalahan.
2. Desain Orgranisasi Orgranik.
Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan
kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan.
Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode
Partisipasi.
Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga
informasi mengalir secara bebas keseluruh orgranisasi yaitu ke atas ke bawah
dan kesamping.
Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, bai atasan
ataupun bawahan dapat mempengaruhi tujuan dan metode partemental.
Proses pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan
melalui proses kelompok.
Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi
kelompok untuk menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis.
Proses kendali menyeber ke seluruh orgranisasi dan menekan
pemecahan masalah dan pengendalian diri.
Desain organisasi yang efektif tidak dapat berpedoman pada
teori sebagai satu cara terbaik melainkan manajer harus menerima sudut pandang
bahwa desain mekanistik atau desain organik lebih efektif bagi organisasi atau
sub-sub untit di dalamnya.
D.IMPLIKASI MANAJERIAL DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Dapat menghasilkan struktur atau susunan yang berkualitas
didalam suatu organisasi, karena ada teori yang mengatakan posisi adalah
kualitas maka setiap orang yang menempati posisi yang ia kuasai dalam suatu
organisasi akan menghasilkan kontribusi besar dalam suatu organisasi tersebut.
itulah alasan mengapa diperlukan implikasi manajerial desain dan struktur
organisasi.
-referensi
1.http://nonasakurahanami.blogspot.com/2012/11/desain-dan-struktur-organisasi_6.html
2.http://philipus-k-s-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-68321-Umum-Penataan%20Struktur%20dan%20Desain%20Organisasi.html
3.http://raitosun.blogspot.com/2012/03/model-desain-organisasi.html
4. http://guslians.blogspot.com/2013/07/desain-dan-struktur-organisasi.html
KEPEMIMPINAN
TUGAS KE-7/8
KEPEMIMPINAN
1. Teori & Arti Penting Kepemimpinan
Teori Kepemimpinan
Tiga teori yang menjelaskan munculnya pemimpin
adalah sebagai berikut (Kartono, 1998:29) :
Teori Genetis menyatakan sebagai berikut : 1)
Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakatbakat
alami yang luar biasa sejak lahirnya. 2) Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin
dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus. 3) Secara
filsafat, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
Teori Sosial (lawan Teori Genetis) menyatakan
sebagai berikut : 1) Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak
terlahirkan begitu saja. 2) Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha
penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai
reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan sebagai berikut :
Seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui
pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan
lingkungan/ekologisnya.
2. Tipe – tipe Kepemimpinan
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin
organisasi seorang pemimpin memiliki beberapa tipe yang dapat dilihat dari
caranya bersikap dan memimpin serta menilai anggotanya dan cirri-ciri khusus
pada masing-masing tipe. Tipe – tipe tersebut ialah:
I. Tipe Kepemipinan Otokrasi
Tipe kepemimpinan ini selalu menganggap
dirinya benar, egois dan menilai kepemimpinan adalah hak yang diberikan
padanya.
Cirri-ciri pemimpin ini adalah:
Tidak mau menerima pendapat ataupun kritikan
dari orang lain
Memperlakukan anggota sebagai alat untuk mencapai
tujuan pribadinya
Selalu menganggap organisasi adalah milik
pribadinya
Dalam mengatur anggotanya sering kali
menggunakan ancaman dan paksaan.
Dari cirri-ciri tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemimpin yang otokratis tidak dapat menghargai hak-hak anggotanya dan
sangat tidak cocok jika diterapkan sekarang dimana perkembangan sudah mulai
modern.
II. Tipe Kepemimpinan Militeris
Yang dimaksud dengan Tipe Kepemimpinan
militeris disini tidak sama dengan pemimpin dalam dunia militer, artinya
seorang yang memimpin di dunia militer pun tidak semua memiliki tipe
kepemimpinan yang militeris.
Sifat-sifat pemimpin yang mempunyai tipe
kemimpinan yang militeris adalah:
Selalu menuntut kedisiplinan yang tinggi
Anggota harus patuh terhadap pemimpin
Tidak menerima kritik dari anggota lainnya
Terlalu formalitas dalam menjalankan tugasnya
Dari sifat pemimpin yang bertipe militeris
dapat dilihat bahwa tipe pemimpin yang seperti ini bukanlah pemimpin yang
ideal.
III. Tipe Kepemimpinan Fathernalistik
Tipe ini selalu menggunakan pendekatan
kebapa-an yang sifatnya terlalu sentimental dalam memerintahkan anggotanya
untuk mencapai tujuan tertentu.
Sifat umum pemimpin tipe ini adalah:
Selalu menganggap angootanya sebagai anak atau
pun orang yang belum dewasa dan selalu ingin melindungi anggotanya
Hampir tidak pernah memberikan kesempatan
untuk mengambil keputusan pada anggotanya, sehingga terkadang tidak ada
pelimpahan tanggung jawab untuk anggotanya
Anggota tidak diberikan kesempatan untuk
berpendapat atau mengembangkan ide kreatifnya
Beranggapan bahwa hanya dirinya yang serba
tahu.
Perlu diakui terkadang suatu organisasi perlu
memiliki pemimpin seperti ini. Tetapi dilihat dari sifat negatifnya jelas
pemimpin Fathernalistis kurang dapat mengembangkan organisasi yang dipimpinnya.
IV. Tipe Kepemimpinan Karismatik
Tipe kepempinan ini jelas sangat sulit untuk
dijelaskan sifat-sifat atau karakteristik yang dimilikinya karena Kharisma
seseorang itu muncul alami dari dirinya sendiri. Yang dapat diketahui adalah
seorang pemimpin yang kharismatik mempunyai daya tarik tersendiri terhadap
dirinya sendiri ataupun organisasinya sehingga membuat anggota dan orang lain
simpatik.
V. Tipe
Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan, Tipe pemimpin
yang Demokratis dianggap paling ideal dan yang terbaik. Ini karena pemimpin
yang demokratis selalu mendahulukan kepentingan orang banyak (organisasi/umum)
dibandingkan kepentingan dirinya sendiri atau keluarga.
Beberapa cirri dari tipe kepemimpinan yang
demokratis adalah:
Selalu berusaha untuk mengimbangi kepentingan
pribadi dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi/umum
Senang menerima saran, tanggapan ataupun
kritikan yang membangun dari anggotanya demi terwujudnya tujuan organisasi
Dapat member maaf dan memaklumi ketidak
pahaman anggotanya dalam bekerja serta tak sungkan membantu anggotanya untuk
maju tanpa mengurangi pengetahuan dan ide anggotanya
Kerjasama atau gotong royong menjadi prioritas
utama dalam melakukan sesuatu guna mencapai tujuan umum
Tidak menganggap rendah atau bodoh anggotanya
dan terbuka dengan anggotanya.
Dari ciri-ciri diatas jelas sangatlah sulit
untuk menjadi seorang pemimpin yang demokratis, tetapi tidak ada salahnya jika
ingin mencoba menjadi pemimpin yang seperti ini.
3. Faktor Faktor Dalam Kepemimpinan :
A. Pemimpin
Dalam kaitannya dengan Kepemimpinan, Pemimpin
memang merupakan faktor esensial dari Proses Kepemimpinan itu sendiri. Serta
Pemimpin itu memang harus mengerti apa yang harus dia tahu dan apa yang harus
dia perbuat, atau istilah lainnya The Right Man on The Right Place.
B. Pengikut (Followers)
Adalah salah satu faktor kepemimpinan yang
membuat Faktor pertama itu ada. Karena tanpa adanya Pengikut, otomatis Pemimpin
pun tak ada. Oleh karena itu Faktor Kepemimpinan dalam Pengikut ini lebih
cenderung pengertian akan apa saja yang Followers inginkan sehingga sebuah
satuan fungsi manajemen bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Serta ada pula yang mengatakan kalau berbeda Pemimpin maka berbeda pula gaya
kepemimpinannya. Oleh karena itu Pengikut disini memang harus menyesuaikannya
dengan cepat.
C. Komunikasi
Salah satu hal yang menjembatani antara
Pemimpin dan Pengikut adalah proses Komunikasi itu sendiri. Dengan adanya
komunikasi. Hubungan kerja antara dua belah pihak baik atasan maupun bawahan
dapat sinergis dan berjalan sesuai dengan apa yang telah dirancangkan
sebelumnya.
D. Situasi
Dalam sebuah situasi tertentu, terkadang kita
diharusnkan untuk bertindak secara cepat dan refleks untuk menyelesaikannya.
Oleh karena itu kondusifitas situasi antara Atasan dan Bawahan memang harus saling
dikuatkan agara selalu terjadi kondisi situasi yang nyaman dan kondusif.
Sumber:
http://desndesty.blogspot.com/2012/11/arti-penting-kepemimpinan-dalam_7976.html
http://mapelz.blogspot.com/2012/11/faktor-faktor-dalam-kepemimpinan.html
http://www.kajianpustaka.com/2012/11/pemimpin-dan-kepemimpinan.html#.UWlPo6KBnvs
http://assets.kompas.com/data/photo/2012/09/03/0849344620X310.jpg
TUGAS KE-5/6
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
1. Definisi Pengambilan
Keputusan
Keputusan : adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan
tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dan mengenai
unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya
merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa
alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa
kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan
mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang
berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara
disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan
yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada relasi
sesama.
Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan. Dalam hal ini arti
pengambilan keputusan sama dengan pembuatan keputusan.Definisi pengambilan
keputusan adalah : pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih
tindakan pimpinan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi
yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif
yang dimungkinkan.
Dan keputusan di dalam manajemen dibagi 2 :
1. Keputusan
terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang-ulang dan rutin,
sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama
pd manjemen tingkat bawah. Contoh keputusan pemesanan barang.
2. Keputusan tidak terprogram/
tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu
terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk
pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah
tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer
merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur.
Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain merupakan contoh keputusan
tidak terprogram.
2. Dasar Pengambilan
Keputusan
a.Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi yaitu : Pengambilan
keputusan yang berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat subyektif.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat,
untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan
keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak dan bersifat
perasaan.
Sifat subjektif dari keputusuan
intuitif ini memberikan keuntungan, yaitu :
a. Pengambilan keputusan oleh
satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
b. Keputusan intuitif lebih tepat
untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan
b. Pengambilan Keputusan Rasional
: yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan
rasional berfikir dan lebih bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional
berkaitan dengan daya guna pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan
masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan rasional lebih bersifat objektif dan dapat diukur.
c. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman : yaitu Pengambilan keputusan yang
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh sehingga dapat digunakan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan praktis di kemudian hari.
d. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta : yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat
berdasarkan data empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan keputusan
yang valid sehingga tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat
lebih tinggi. Istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi.
Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data.
Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data
harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar
pengambilan keputusan.
e. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang : yaitu pengambilan keputusan yang
berdasarkan atas wewenang/kedudukan yang dimiliki oleh seseorang yang menjadi
pemimpin. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
3. Jenis-Jenis Keputusan
Jenis keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan
banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana
organisasi harus dapat melibatkan dalam mengambil keputusan dan pada bagian
organisasi mana keputusan tersebut difokuskan.
Secara garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
a. Keputusan Rutin
Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang
serta biasanya telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
b. Keputusan tidak Rutin
Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat
khusus dan tidak bersifat rutin.
4. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi dalam Pengambilan Keputusan
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami
pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan
menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih
tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau
sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami
situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan
individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan
kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu
orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial,
ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau
mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D.Miller dalam
Imam Murtono (2009) menjelaskan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis
kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan
kemampuan.
Implikasi Manajerial dalam Pengambilan Keputusan :
Proses Pengambilan Keputusan dalam partisipatif dalam organisasi sekolah
Manajerial yang baik. Rendahnya kemapuan kepala sekolah akan berpengaruh
terhadap perolehan dukungan dari masyarakat khususnya dukungan dalam
mengambilan keputusan yang dikeluarkan sekolah terkait dengan kebijakan dan
rencana program pengembangan sekolah.
7. KONDISI YANG
MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
Selain ketersediaan informasi
yang sangat erat dengan hasil keputusan, juga hal – hal lain yang mempengaruhi
kondisi tersebut dan perlu diperhatikan, Yaitu :
1. Kondisi kepastian: Kondisi kepastian merupakan kondisi dimana
pengambil keputusan mempunyai informasi yang lengkap mengenai masalah yang
dihadapi, alternatip pemecahan masalah dan hasil yang mungkin diperoleh,
sehingga pengambil keputusan dalam kondisi yang pasti, jika dirinya dapat
mengontrol dan mengantisipasi sepenuhnya terhadap kejadian yang akan timbul.
2. Risiko : Risiko merupakan kondisi yang dapat diindentifikasi,
didefinisikan, diprediksi kemungkinan terjadinya dan kemungkinan hasil dari
setiap alternatif yang diambil, biasanya kondisi yang demikian itu timbul jika
pengambil keputusan dalam keadaan keterbatasan informasi yang berkaitan dengan
keputusan yang akan ditetapkanya, sebaliknya , suatu risiko tidak akan terjadi
jika pengambil keputusan dapat merumuskan suatu kemungkinan secara obyektif.
3. Kondisi ketidak pastian: Merupakan kondisi dimana pengambil keputusan
tidak memiliki informasi yang diperlukan dalam pengambil keputusan. Dalam hal
yang demikian , pengambil keputusan juga tak mampu untuk menetapkan berbagai
kemungkinan yang akan terjadi sebagai hasil dari pemilihan alternatif yang
diambilnya. Karena keputusan yang diambil bersifat spekulatif, dan sering kali
mengandalkan intuisi yang semata sebagai pedomanya.
8. PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Kata proses pada dasarnya
berkaitan dengan urutan langkah yang mengarah pada hasil tertentu, sehingga
didalam proses pengambilan keputusan tidak akan terlepas dari :
1. intelligence ( penyelidikan ) :yaitu pencarian kondisi yang
memerlukan keputusan
2. design ( rancangan ) :Yaitu dengan pengembangan dan analisis terhadap
berbagai kemungkinan tindakan, dan,
3. choice ( pemilihan ) :yang berkenaan dengan pemilihan tindakan yang
sesungguhnya.
9. GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Perilaku seseorang akan mendekati
dalam melaksanakan pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan dan gaya hidup
adalah dua diantara contoh gaya yang mempengaruhi didalam mengambil keputusan.
Seperti halnya gaya ( perilaku ) kepemimpinan yang ditampilkan oleh seseorang
didalam melakukan pengambilan keputusanpun bermacam – macam. Menurut Carl Jung
( 1923 ) seorang psikolog telah mengindentifikasikan empat fungsi dalam
kaitanya dengan pengambilan keputusan, Yaitu :
1. sensing ( pengideraan ): berkaitan dengan tendensi untuk mencari
fakta, bersifat realistis, dan melihat sesuatu dalam perspektif yang obyektif.
Karenanya fungsi ini menempatkan nilai yang tinggi pada fakta yang dapat
divertivikasi oleh penggunaan
pancaindera , menyukai rutinitas dan presisi.
2. intuiting ( intuisi ) :Yaitu berkaitan dengan tendensi untuk mencoba
menyingkap kemungkinan – kemungkinan baru guna mengubah cara menangani sesuatu.
Menyukai situasi yang baru dan unik , tidak menyukai hal – hal yang bersifat rutin,
detail dan presisi.
3. thinking ( pemikiran): adalah tendensi untuk mencari hubungan sebab
akibat yang sistematik untuk dianalisis secara utuh, dan membedakan dengan
tegas antara yang benar dan yang salah, dan pemikiranya bertumpu pada proses
kognitif.
4. feeling ( perasaan ): yaitu tendensi untuk mempertimbangkan bagaimana
perasaan diri sendiri dan orang lain sebagai akibat dari keputusan – keputusan
yang dibuat, dalam hal ini ada perbedaan – perbedaan antara yang baik dan
buruk, bernilai dan tak bernilai.dan ia menggantungkan diri pada proses afektif
10. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SECARA KELOMPOK
Proses pengambilan keputusan
kelompok adalah salah satu corak proses pengambilan keputusan dalam organisasi.
Ciri dari prosesnya ditandai dengan keterlibatan dan partisipasi orang banyak.
Sering kali keputusan semacam ini dianggap ideal dan dipergunakan secara luas
dalam organisasi . Namun, apakah hal ini berarti bahwa keputusan kelompok
selalu lebih disukai dari pada keputusan oleh individu sendiri ? pertanyaan ini
tergantung dari berbagai faktor, yaitu keunggulan dan kekurangan dari keputusan
kelompok tersebut, yakni :
Keunggulan keputusan kelompok
Keputusan individual dan kelompok
ini masing – masing memiliki kekuatan sendiri – sendiri, karenanya masing –
masing juga tidak selalu ideal untuk semua situasi. Namun beberapa
keunggulan keputusan kelompok
dibandingkan dengan keputusan individual adalah sebagai berikut :
1. Informasi dan pengetahuan lebih lengkap. Dalam menghimpun sumber daya
dari sejumlah individu , berarti lebih banyak masukan yang dipakai dalam proses
pembuatan keputusan.
2. Keragaman pandangan lebih banyak. Selain masukan yang banyak,
kelompok dapat membawa serta heterogenitas mereka kedalam proses keputusan. Hal
ini membuka peluang bagi lebih banyak pendekatan dan alternatip yang akan
menjadi pertimbangan.
3. Penerimaan keputusan lebih besar. Banyak solusi yang ternyata gagal
setelah keputusan diambil, karena orang – orang tidak dapat menerima hasil
keputusan tersebut. Akan tetapi , bila orang yang akan dikenai oleh keputusan
itu dan orang tersebut dapat ambil bagian dalam proses pembuatanya, maka mereka
lebih cenderung untuk menerimanya, dan bahkan akan mendorong orang lain untuk
menerimanya.
4. Legitimasi keputusan lebih kuat. Masyarakat kita menghargai metode –
metode yang demokratis. Proses pengambilan keputusan kelompok yang konsisten
dengan sikap demokratis dipandang lebih memiliki keabsahan dari pada keputusan
yang dibuat oleh seorang individu.
Kekurangan keputusan kelompok
Disamping keunggulan –
keunggulanya. Sudah barang tentu keputusan kelompok juga mengandung kelemahan.
Beberapa kekurangan keputusan kelompok antara lain :
1. Memakan waktu.Untuk membentuk suatu kelompok sudah jelas membutuhkan
waktu tersendiri. Proses interaksi yang terjadi begitu kelompok terbentuk juga
sering sekali tidak efisien. Akhirnya kelompok membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk mencapai kesepakatan terhadap sebuah solusi dari pada yang dapat
dilakukan seorang individu. Hal ini tentu saja membatasi kemampuan manajemen
untuk bertindak cepat pada saat diperlukan.
2. Tekanan untuk sependapat. Keinginan anggota kelompok untuk diterima
dan dipertimbangkan sebagai aset bagi kelompok akan mengakibatkan adanya
penekanan pada pihak yang berbeda pendapat, dan mendorong persesuaian diantara
sejumlah pandangan. Keadaan seperti ini juga mmendorong terjadinya pemikiran
kelompok ( groupthink ) akan dimana tekanan kelompok mengarah pada menurunya
efisiensi mental, minimnya uji realitas, dan kurangnya pertimbangan moral.
3. Dominasi oleh minoritas. Boleh jadi didominasi oleh satu atau
beberapa anggota Jika koalisi dominasi
ini juga terdiri anggota yang berkemampuan rendah dan menengah, maka
efektifitas kelompok secara keseluruhan akan mengalami gangguan.
4. Tanggung jawab yang kabur. Anggota kelompok sama berbagi ( share )
tanggung jawab, tetapi tak jelas siapa yang bertanggung jawab, sedangkan pada
keputusan kelompok tanggung jawab dari setiap anggota diabaikan.
11. TEKNIK – TEKNIK
KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK
Bentuk yang paling lazim (
tradisional ) dalam proses pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam
interaksi tatap muka. Dalam hal ini, teknik – teknik brainstorming ( sumbang
saran ), nominal group ( kelompok nominal ), dan delphi telah dianggap sebagai
cara yang baik untuk meminimalkan berbagai masalah yang timbul didalam
interaksi kelompok tradisional itu.
1. Brainstorming
Teknik brainstorming adalah salah
satu bentuk teknik kelompok. Pada pokoknya teknik ini untuk menggali dan
mendapatkan gagasan – gagasan dari anggota kelompok. Karena, teknik
brainstorming lebih berfokus pada penggalian gagasan daripada evaluasi gagasan.
Semakin banyak gagasan yang digali, maka semakin besar peluang untuk
mendapatkan solusi kreatif atas sesuatu masalah yang dihadapi. Namun demikian
teknik ini mengandung beberapa kelemahan , Yaitu : a..Hanya dapat diterapkan pada
masalah – masalah yang sederhana b.
Sangat memakan waktu dan biaya, c. Hanya menghasilkan ide – ide yang dangkal.
2. Nominal group technique
Berbeda dengan brainstorming,
nominal group technique (NGT) berkenaan dengan penggalian dan evaluasi gagasan
sekaligus. Pada mulanya gagasan – gagasan digali secara nominal ( tanpa
interaksi ) guna menghindari hambatan dan permufakatan. Selanjutnya, pada waktu
evaluasi atas gagasan, interaksi dan diskusi dimungkinkan, namun dalam situasi
yang terstruktur agar setiap gagasan mendapatkan perhatian yang proporsional.
3. Delphi Technique
Teknik dekphi sedikit berbeda
dengan NGT, dalam mana prosesnya semata mata tergantung pada kelompok nominal(
para pakar ) sebagai partisipan yang kesemuanya tidak melakukan interaksi tatap
muka. Jadi, dengan teknik ini sangat mungkin kita dapatkan sejumlah pakar tanpa
harus mengumpulkan mereka pada disatu tempat pada waktu yang sama. Perlu
ditekankan disini bahwa para pakar tersebut tidaklah membuat keputusan akhir,
tetapi lebih sebagai penyaji informasi bagi pengambil keputusan dalam
organisasi. Inti dari teknik ini pada penggunaan serangkaian kuisioner yang
dikirimkan kepada responden untuk mendapatkan masukan. Selanjutnya dari jawaban
yang mereka masukan diolah lagi oleh pihak pengambil keputusan untuk merumuskan
rangkuman – rangkuman yang kemudian akan digunakan sebagai bahan pengambilan
keputusan. Sesungguhnya teknik ini kelihatanya ilmiah dan secara teoritis dapat
memanfaatkan pikiran para ahli yang bermutu tinggi, akan tetapi teknik delphi
juga mengandung kelemahan, seperti : a. memakan waktu lama, dan b. Perlu ketrampilan bahasa yang tinggi untuk
menyusun kuisioner yang baik dan sesuai dengan masalah yang diangkat.
Contoh pengambilan keputusan dalam organisasi :
DPR yang masih ragu dalam pengambilan keputusan menaikkan tarif listrik
10%. Ini di karenakan bentroknya pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah yang
ingin tarif di naikkan, dan masyarakatnyanya yang tidak setuju. Mungkin bagi
pemerintah memaksa ingin menaikkan tarif 10% hanya hal biasa saja, tetapi bagi
masyarakat apalagi yang tidak mampu ini adalah hal yg berat. Akibatnya pihak
DPR pun belum mengambil keputusan apapun untuk menaikkan atau tidak
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudarwan Danim . ( 2002 )
Inovasi Pendidikan . Bandung : Pustaka Setia
2. Umar Nimran , (1997 ) Perilaku
Organisasi . Surabaya : CV. Citra Media
3. Winardi, ( 1992 ) Manajemen
Perilaku Organisasi . Bandung : PT Citra Aditya Bakti(Drajat, S.Pi, Widyaiswara
BPPP Tegal)
4
http://myblogsoniaregina.blogspot.com/2013/04/pengambilan-keputusan-dalam- organisasi.html
6. http://rickysa.blogspot.com/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisa.html
Langganan:
Postingan (Atom)